Taman Budaya Cak Durasim

Gedung Cak Durasim diresmikan sebagai Taman Budaya Jawa Timur oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef pada tanggal 20 Mei 1978. Nama "Cak Durasim" diambil dari nama Cak Gondo Durasim. Beliau adalah seorang tokoh kesenian Surabaya yang terkenal karena kesenian ludruknya. Konon, pada 1943, Cak Durasim meninggal di ujung senapan tentara Jepang seusai pementasan ludruk di Peterongan, Jombang. Penyebabnya adalah salah satu kidungan ciptaannya "Pegupon omahe doro, Melok Nipon tambah sengsara" (Pegupon rumah burung dara, ikut Nipon tambah menderita), tetap dinyanyikan saat pentas di Jombang itu. Padahal, kidungan itu dilarang karena berisi penghinaan terhadap Jepang. Apalagi, saat itu ludruk dikenal sebagai wadah pemberontakan kaum petani, khususnya di Surabaya. Penamaan "Cak Durasim" ini hanyalah upaya untuk tetap menghidupkan ludruk sebagai icon berkesenian di Surabaya.
Gedung Cak Durasim terletak di Jl. Gentengkali 85 (Surabaya Pusat). Taman Budaya Cak Durasim merupakan tempat untuk menuangkan ekspresi para seniman dan sebagai wadah pengembangan berbagai kesenian tradisional maupun kontemporer. Fasilitas gedung ini, ialah gedung pertunjukan teater dan seni dengan kapasitas 400 kursi dan berAC serta memiliki parker yang luas.

Disekitar Taman Budaya ini terdapat:
Pasar Genteng di sebelah Timur
Pasar Blauran di sebelah Barat